Ekosistem dan industri IoT sangat membutuhkan
peran aktif dari pemerintah. Frekuensi, sertifikasi, dan penyediaan sarana
pengembangan solusi IoT menjadi bagian yang penting. Disebutkan Teguh, peranan
pemerintah dalam menunjang pengembangan industri dan ekosistem IoT sangat
dibutuhkan, tidak hanya soal regulasi tetapi juga soal penyediaan laboratorium
IoT yang dirasa bisa sangat berperan membantu industri IoT Indonesia untuk tumbuh.
“Peranan pemerintah sangat kondusif dengan
memperhatikan masukan dari stakeholder IoT, termasuk di dalamnya IoT
Forum yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan dengan mulai membuat draft
tentang Roadmap Dan Framework IoT kemudian kajian perlunya Sandbox IoT, hingga
Lab IoT di Indonesia,” terang Teguh.
Laboratorium IoT tersebut nantinya tidak hanya
akan berperan sebagai pusat pengembangan dan inovasi teknologi, tetapi juga
tempat bertemunya para pengembang, pemangku kebijakan, dan investor untuk sama-sama
membantu solusi IoT yang dikembangkan bisa bermanfaat bagi masyarakat. Sinergi
positif itu yang dirasa masih kurang.
![]() |
Lab IoT |
Menurut Presiden Direktur ZTE Indonesia, Mei
Zhonghua, industri IoT di Indonesia berkembang pesat dalam dua atau tiga tahun
belakangan. Kondisi ini membuat industri IoT membutuhkan tempat yang sama untuk
berbagi inovasi baru dan kemajuan. Untuk itu Laboratorium IoT menjadi hal
penting untuk mendukung akselerasi ekosistem dan industri IoT di Indonesia.
GM Smart System PT Alita Praya Mitra Reza Akbar
menambahkan, untuk membuat sesuatu yang belum begitu populer butuh bukti dan
hasil. Keduanya bisa dibantu pemerintah melalui pembentukan regulasi dan
membantu infrastruktur, termasuk perlunya roadmap dan tujuan yang
jelas.
Sementara Tiyo menyoroti bagaimana kewajiban
pemerintah melindungi industri dalam negeri. Ia mencontohkan pemerintah bisa
berperan dengan membantu memudahkan startup (dalam hal ini IoT) untuk
mendapatkan subsidi sertifikasi, kemudahan akses ke balai uji, hingga diterbitkannya
sertifikasi produk, sertifikasi penggunaan frekuensi dan lainnya. Disebutkan
biaya sertifikasi masih dianggap mahal.
“Belum lagi perubahan teknologi, pergantian chipset,
update hardware, mengharuskan produk disertifikasi [dan] diuji ulang. Circle
produk IoT tidak bisa terbilang lama, hanya hitungan 2 tahun teknologi baru
berganti dan teknologi lama ditinggalkan. Jeda regulasi di setiap produk
harusnya tidak memberatkan startup yang fokus di bidang hardware,
karena industri di bidang perangkat keras [investasinya] tidak bisa dibilang
murah dan memiliki resiko kegagalan yang cukup tinggi,” papar Tiyo.
Bagi Tiyo, IoT adalah ekosistem, sehingga
dibutuhkan banyak tantangan yang saling terkait, termasuk juga campur tangan
pemerintah. Tren teknologi baru harusnya tidak menjadi penghalang inovasi
industri lokal, seperti LPWAN (Low-Power Wide Area Network) dan NB-IoT
(NarrowBand IoT) yang di negara-negara lain didukung pemerintah setempat. Hal
ini menjadi kendala di tahun-tahun sebelumnya. Harapannya di tahun 2018 IoT
bisa menjadi salah satu industri yang diperhatikan lebih baik oleh pemerintah.
0 komentar: