Pasar Industri of Things (IoT) di Indonesia masih kecil.
Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah mengungkapkan selama ini produk IoT
yang beredar di Indonesia pun masih produk impor.
"Kita tidak bisa selalu mengandalkan atau membeli produk
luar. Kita harus develop sendiri," katanya di Balai Kartini, Jakarta
Selatan, Rabu (25/7).
Langkah ekspansi ke industri IoT yang saat ini masih terbilang
baru di Indonesia, Telkomsel mengaku hendak membuka diri untuk bekerja sama
dengan perusahaan-perusahaan rintisan (startup). Walaupun, saat ini IoT masih
terbatas penggunanya seperti industri dan lembaga.
Namun operator ini mulai melirik sektor IoT tersebut. Salah
satunya dengan membuat inkubator Telkomsel Innovation Center (TINC).
Manager Media Relation Telkomsel Singue Kilatmaka mengungkapkan
IoT bertujuan untuk mempermudah kehidupan sehari-hari.
"Target utamanya IoT adalah mempermudah orang dalam
kehidupan sehari-hari. Hanya saja kalau melihat possibility [terutama] faktor
industrinya, segmen industri dan kelembagaan yang paling memungkinkan. Antara
korporasi atau lembaga," ujarnya.
Startup yang memiliki ide produk IoT dapat mengajukan proposal
ke Telkomsel. Jika ide tersebut dianggap sejalan dan mendukung bisnis utama
Telkomsel, maka startup akan dapat menggunakan fasilitas di TINC dan menerima
pembiayaan riset dan pengembangan (R&D) sampai ide tersebut diwujudkan
menjadi produk IoT.
Walaupun pasar IoT di Indonesia masih terbilang kecil, Singue
menganggap saat ini adalah waktu yang baik untuk memulai bisnis IoT, sebelum
produk-produk IoT dari luar negeri banyak diimpor ke dalam negeri.
"Kalau nanti yang dari luar masuk, itu barangnya sudah
jadi. Kita tidak mau sekadar jadi pipa jaringan, ketika IoT masuk hanya
menggunakan jaringan kita [Telkomsel]. Kita sedang transform, agar kita yang
membuat produk, walaupun kolaborasi," tuturnya.
References
References
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20180725205702-185-317024/pasar-internet-of-things-indonesia-masih-terbatas
0 komentar: