![]() |
Artificial Intelligence |
Dalam
dunia teknologi, AI bukan hal baru. Keberadaannya sudah ada cukup lama hanya
saja tidak kasat mata. AI sudah mulai diciptakan manusia sejak abad ke 17 oleh para
ilmuwan matematika dunia. Namun gaung ketenaran teknologi tersebut baru mencuat
sekitar 1950 silam. Christopher Strachey dari University of Manchester,
United Kingdom, merupakan programmer yang pertama kali menuliskan AI pada mesin
Ferranti Mark I.
Mesin
tersebut terdapat di dalam komputer dengan permainan naskah. Kemudian teknologi
mulai dikembangkan secara luas, bahkan digunakan pada sistem pertahanan sebuah
negara. Perdebatan mengenai AI memang masih tetap berlangsung. Beberapa ilmuwan
menentang pernyataan kecerdasan buatan mampu mencapai titik kepintaran manusia.
Namun bagi beberapa ilmuwan dunia, kecerdasan buatan bahkan bisa lebih canggih
apabila terus dikembangkan.
Tahun
ini beberapa kecerdasan buatan akan membuat dunia terpana. Salah satunya Apple
yang memberikan pernyataan akan mengembangkan AI dan merilisnya tahun ini.
Pertengahan Desember 2016 lalu laman cnet.com mengabarkan, Apple mengambil
langkah besar dalam pengembangan AI. Setelah menggandeng Ruslan Salakhutdinov
sebagai Carnegie Mellon Profesor in Machine Learning pada Oktober lalu, Apple
juga mengumumkan beberapa kerja sama lain.
Apple
menyatakan bahwa pengembangan AI akan dilakukan dengan berpartner bersama
beberapa akademisi. Kolaborasi tersebut bukan secara sengaja dilakukan Apple. Selain
meningkatkan hubungan kerja, jalan tersebut diambil untuk membuat prestasi
dikalangan para pekerja. Langkah yang ditempuh Apple sedemikian serius karena
berkaca pada rivalnya, Google dan Microsoft, yang juga secara agresif
mengembangkan AI.
Pada
22 Desember lalu Apple juga sudah mengeluarkan paper mengenai penelitian AI
yang dikembangkan. Dalam paper tersebut Apple menjelaskan mengenai pengembangan
teknis mengenai kemampuan algoritma salam mengenali gambar. Mesin tersebut
memperlihatkan bahwa mengenali gambar menggunakan gambar buatan seperti pada
video gim lebih efisien daripada menggunakan gambar real-world.
Hal
tersebut terjadi karena gambar buatan atau synthetic sudah memiliki ketentuan
pasti. Sementara itu gambar real-world, seperti pohon atau hewan, tidak
demikian. Algoritma mampu membacanya dengan mudah. Meski demikian gambar tiruan
memang belum cukup sempurna. Pengembangan dan uji coba dilakukan Apple dengan
menggunakan machine learning bernama Generative Adversarial Networks. Mesin
tersebut juga sudah banyak digunakan untuk menyusun photorealistic.
Di
Indonesia, AI sudah berkembang dalam bentuk chatbot atau robot. Bots atau
chatbots merupakan perangkat lunak berteknologi robot. Aplikasi tersebut mampu
mewakili sebuah aktivitas obrolan. Bots memang belum populer. Namun dalam
beberapa tahun ke depan platform tersebut akan menjadi tren bagi aplikasi
ponsel pintar. Secara sederhana, bots atau chatbots memang tak bisa dilihat
secara kasat mata.
Namun
penggunaannya sebenarnya sudah lama ditanam, di antaranya dalam aktivitas
komputasi melayani pemesanan pengenapan. Bots mengubah pola percakapan langsung
ke dalam aplikasi. Ketika seseorang memesan kamar hotel melalui sambungan
telepon, maka pihak customer service yang akan melakukan perintah pada perangkat.
Dengan menggunakan bots, aktivitas tersebut bisa dilakukan melalui percakapan
teks melalui asisten robot.
Bots
atau chatbots tengah berkembang di Indonesia, salah satunya dalam meningkatkan
layanan finansial. Perangkat lunak yang mewakili aktivitas obrolan berteknologi
robot tersebut bisa ditemukan dalam aplikasi Delimabot besutan PT Finnet
Indonesia. Untuk menggunakan Delimabot, pengguna harus memiliki akun Telegram
terlebih dahulu. Sebab, Delimabot merupakan aplikasi mini yang terdapat di
dalam Telegram.
1. AI sebagai Kekuatan Positif
Tahun
ini AI akan banyak digunakan untuk menyelesaikan permasalahan robot dan mobil
otomatis. Bahkan Google sudah menggunakan AI sebagai reinforcement learning
untuk data centee. Hal tersebut membuat data center Google menjadi lebih
efisien. Memang penerapannya masih dalam tahap percobaan. Untuk membuktikan AI
bisa dimanfaatkan dalam data center membutuhkan waktu. Hasilnya secara efektif
masih belum bisa dibuktikan. Namun hal tersebut membuktikan AI sudah bisa
merambahkan ke jenjang yang lebih komprehensif dalam penggunaannya.
2. AI untuk Dueling Neural Networks
Dalam
konferenai The Neural Information Processing Systems di Barcelona, Spanyol,
beberapa waktu lalu memperlihatkan machine learning terbaru bernama Generative
Adversarial Networks. Mesin tersebut ditemukan oleh Ian Goodfellow yang
merupakan seorang peneliti dari OpenAI. Mesin tersebut mampu memisahkan antara
data asli dan palsu sehingga tidak bercampur aduk. Dengan bekerja bersamaan
mesin mampu memroduksi data tiruan yang terlihat seperti sebenarnya.
3. AI 'Boom' Milik Cina
Tahun
ini akan menjadi pembuktian bagi Cina pada dunia mengenai pengembangan AI.
Disinyalir, Cina akan menjadi satu-satunya negara Asia yang diperhitungkan
dalam pengembangan AI. Baidu sebagai perusahaan pengembang teknologi besar di
Cina sudah melakukan penelitian mengenai AI. Beberapa hal yang dikembangkan,
seperti pengenalan wajah dan deteksi bahasa. Kemudian Tencent mengembangkan
aplikasi WeChat dengan teknologi AI. Sementara Didi bekerja sama dengan Uber
tengah menjalankan Uber Driverless Cars. Para investor Cina juga menanam modal
secara besar dalam pengembangan AI tersebut. Diprediksi angka investor mencapai
15 miliar dollar AS hingga 2018 nanti.
4. Deteksi Bahasa
Salah
satu target terbesar para peneliti terhadap AI, yakni bisa mengembangkan
deteksi bahasa dengan lebih besar. Kemudian mesin juga mampu mendeteksi wajah.
Bayangkan saja bila komputer memiliki mesin yang mampu berbicara seluruh bahasa
manusia di bumi. Kemudian komputer mampu mengenal seluruh wajah manusia
sehingga bisa saling 'kenal' seperti makhluk hidup. Mungkin kita belum bisa
berekspektasi terlalu besar. Tetapi target para peneliti bisa mewujudkan dua
hal tersebut tahun ini sangat tinggi.
0 komentar: