Ada
begitu banyak bentuk pengadopsian teknologi AI dalam konteks e-commerce. Kita
akan membahas tiga di antaranya yang cukup umum. Yaitu chatbot, layanan
pelanggan, serta pemasaran-penjualan.
Chatbot
adalah perangkat lunak yang bertugas melayani percakapan dengan pengunjung,
dengan objektif untuk berkomunikasi seresponsif mungkin. Layanan ini
memungkinkan pengunjung mendapat balasan dalam waktu singkat, dan dari sisi
perusahaan, ini adalah investasi yang murah.
Poin
kedua masih terkait, namun dalam konteks layanan pelanggan.
Bayangkan
jika pengunjung melayangkan pertanyaan via email, lalu AI bisa mengenali isunya
dan segera membalas. Bukan hanya soal responsivitas saja, tetapi juga menekan
kebutuhan staf layanan pelanggan yang berakibat pada turunnya biaya karyawan.
Dalam
dua contoh di atas, AI bertugas menganalisis kata-kata yang digunakan dan
memberikan jawaban relevan. Memang, implementasinya tidak selalu mulus,
terutama karena bahasa manusia adalah hal kompleks.
Untuk
mengatasinya, bisnis mengombinasikan antara AI dengan staf manusia di
belakangnya, yang bertugas melanjutkan percakapan pasca AI. Dan lagi-lagi di
sinilah AI berperan, untuk menilai respons pengunjung, membuat keputusan apakah
perlu mengopernya pada staf, dan mempertimbangkan siapakah staf yang paling
relevan.
Berikutnya,
terkait pemasaran-penjualan. Pada dasarnya, AI memiliki sifat alamiah prediktif
berdasarkan data. Pada tingkat yang dangkal, AI dapat memprediksi penjualan
dengan mempertimbangkan tren dan data historis. Lebih dalam lagi, AI mampu
melakukan personalisasi penawaran pada pengunjung potensial.
Berdasarkan
informasi tentang preferensi pengunjung, AI bisa merekomendasikan produk yang
relevan. Informasi tersebut bisa bersumber dari mana pun, seperti data
personal, demografi, histori pencarian, dan lainnya.
0 komentar: